17 November 2011

Takziyah

Segala puji bagi Allah Rabb alam semesta, shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi dan junjungan kita Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam , beserta segenap keluarga , sahabat serta para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman .

Takziyah adalah menghibur orang yang sedang kesusahan karena musibah. Banyak kalimat untuk mengucapkan takziyah dan turut berduka atas musibah. Yang terbaik adalah ucapan Nabi shallallohu 'alaihi wasallam kepada putrinya, “Sesungguhnya milik Allah apa yang Dia ambil, milkNya juga apa yang Dia berikan, segala sesuatu di sisiNya mempunyai ajal yang ditetapkan, bersabarlah dan berharaplah pahala kepada Allah.”

Ash-Shiddiq Abu Bakar berkata, “Tidak ada musibah bersama takziyah, tidak ada faidah bersama kesedihan, kematian lebih berat dari apa yang sebelumnya namun lebih ringan dari apa yang sesudahnya. Ingatlah kematian Rasulullah niscaya musibahmu akan terasa ringan.”

Khalid bin Abdullah al-Qasri gubernur Irak, anaknya wafat, seseorang mengucapkan bela sungkawa kepadanya, “Wahai gubernur, bila engkau mampu menyegerakan kesabaran yang engkau tunda dan menunda kesedihan yang engkau segerakan maka lakukanlah.”

Umar bin Abdul Aziz, anaknya wafat, salah seorang saudaranya menulis bela sungkawa kepadanya, maka Umar menjawab, “Perkara ini sudah kami ketahui, maka saat ia terjadi, kami tidak mengingkarinya.”

Ibnu Abbas mengucapkan takziyah kepada Ibnu Ja’far, “Allah tidak menahan pahalamu atas musibah, tidak menghalangi pengganti yang sudah pergi dan semoga Dia memberatakan timbangan kebaikanmu karenanya.”

Umar bin Abdul Aziz berkata, “Betapa bagus takziyah orang-orang Yaman, mereka berkata, ‘Allah tidak membuat kalian bersedih dan menimpakan fitnah kepada kalian, semoga Dia memberikan pahala kepada kalian seperti pahala kepada orang-orang yang bertakwa, melimpahkan shalat dan rahmatNya kepada kalian.”

Az-Zubair bin al-Awwam mengucapkan takziyah untuk Abdurrahman bin Auf atas kematian salah seorang istrinya, “Allah tidak mengosongkan halamanmu, tidak membuat rumahmu sunyi, tidak menyia-nyiakan pahalamu, semoga Dia merahmati keluargamu yang wafat dan memberikan ganti dengan baik bagimu.”

Seorang laki-laki ditinggal wafat anak-anaknya, dia bersedih dan menjadi pendiam, namun beberapa waktu, dia kembali gembira dan tersenyum. Seseorang bertanya kepadanya, “Ada apa dengan dirimu?” Dia menjawab, “Lukanya sudah sembuh.”

Shalih bin Abdul Quddus berkata,

Bila apa yang menimpamu memang berat
Maka tidak adanya takziyah lebih berat lagi.

Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam ditanya tentang laki-laki muslim yang beribu Nasrani, ibunya tersebut wafat, bagaimana taziyahnya? Dia menjawab, “Dengan mengucapkan, ‘Segala puji bagi Allah atas apa yang Dia putuskan. Kami berharap ibunya wafat di atas Islam dan semoga Allah memudahkannya bagimu.”

Dia juga ditanya tentang takziyah kepada tetangga Nasrani, dia menjawab, “Sesungguhnya Allah menetapkan kematian atas makhlukNya dan kematian adalah keharusan atas setiap yang hidup.”

Urwah bin az-Zubair, kakinya harus diamputasi dan beberapa saat setelahnya, salah seorang anaknya wafat, dia berkata, “Ya Allah, Engkau mengambil satu anggota dan meninggalkan beberapa anggota. Engkau mengambil seorang anak dan meninggalkan beberapa anak.”

Isa bin Thalhah bin Ubaidullah datang kepadanya, dia berkata kepada sebagian anaknya, “Angkat kainku ini, biar pamanmu melihat kakiku.” Isa bin Thalhah menjawab, “Wahai Abu Abdullah, kamu bukan untuk berkelahi dan bukan untuk balapan lari, alhamdulillah, Allah masih menyisakan untuk kami pada dirimu apa yang kami butuhkan, akal dan ilmumu.” Urwah berkata, “Tidak ada yang mengucapkan takziyah kepadaku sepertinya.”



( Bahjatul Majalis, Hafizh Ibnu Abdul Bar )

www.alsofwah.or.id

16 November 2011

Diantara Sebab - Sebab Hidayah

Segala puji bagi Allah Rabb alam semesta, shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi dan junjungan kita Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam , beserta segenap keluarga , sahabat serta para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman .

Sesungguhnya, banyak faktor yang menjadi sebab memperoleh Hidayah itu , di antaranya adalah :

1. Adanya iman (keyakinan), seperti yang Allah jelaskan dalam dalam firman-Nya :

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الأَنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (9)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam Syurga yang penuh kenikmatan”

(Q.S. Yunus :9)

2. Menggunakan akal untuk mengkaji dan memikirkan ciptaan Allah dalam jagad raya seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim Alaihissalam. Masalah ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya :

فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ (77)

"Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat".

(Q.S. Al-An’am : 77)

3. Membaca, mendengarkan dan memahami Al-qur’an. Hal tersebut dijelaskan Allah dalam firmanNya :

وَأَنْ أَتْلُوَ الْقُرْآنَ فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَقُلْ إِنَّمَا أَنَا مِنَ الْمُنْذِرِينَ (92)

Dan supaya aku membacakan Al Qur'an (kepada manusia). Maka barang siapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barang siapa yang sesat maka katakanlah: "Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan".

(Q.S. An-Naml : 92)

اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ (23)

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya”

(Q.S. Az-Zumar : 23)

4. Berdoa atau memohon kepada Tuhan Pencipta untuk mendapatkan Hidayah-Nya, seperti yang Allah jelaskan dalam firman-Nya :

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ (7)

“Tunjukilah kami kepada jalan yang lurus (6) (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”

(Q.S. Al-Fatihah : 6 – 7)

5. Menikuti Al-Qur’an dan mencari apa yang diridhai Tuhan Pencipta, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya :

يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (16)

“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”

(Q.S. Al-Maidah : 16)

6. Beriman Kepada Allah, Rasul-Nya dan mengikuti jalan hidup Rasul-Nya, seperti yang dijelaskan Allah dalm firman-Nya :

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (158)

“Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk".

(Q.S. Al-A’raf : 158)

7. Mau menerima kebenaran Al-Qur’an dan peringatan yang disampaikan Rasul Saw. seperti yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya :

تَنْزِيلُ الْكِتَابِ لا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أَتَاهُمْ مِنْ نَذِيرٍ مِنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ (3)

Turunnya Al Qur'an yang tidak ada keraguan padanya, (adalah) dari Tuhan semesta alam (2) Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan: "Dia Muhammad mengada-adakannya". Sebenarnya Al Qur'an itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk. (3)

(Q.S. Assajdah : 2 -3)

8) Menegakkan Shalat

9 ) Menunaikan Zakat

10. Memakmurkan Masjid didasari Iman pada Allah dan hari Akhirat. sebagaimana firman - Nya


إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ (18)

Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.

(Q.S. Attaubah : 18)

dan tentunya masih banyak sebab akan hidayah ...

Segala sesuatu adalah sesuai dengan kehendak - Nya , Maha Besar Allah , Maha Kuasa , Maha Bijaksana , dan segala Kemulian sifat Asmaul Husna ...


Wallahu Alam ,

14 November 2011

Doa Nabi Daud Memohon Cinta Allah

Segala puji bagi Allah Rabb alam semesta, shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi dan junjungan kita Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam , beserta segenap keluarga , sahabat serta para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman .

Nabi Daud merupakan seorang hamba Allah yang sangat rajin beribadah kepada Allah. Hal ini disebutkan langsung oleh Nabi Muhammad shollallahu ’alaihi wa sallam. Nabi Daud sangat rajin mendekatkan diri kepada Allah. Beliau sangat rajin memohon kepada Allah agar dirinya dicintai Allah. Beliau sangat mengutamakan cinta Allah lebih daripada mengutamakan dirinya sendiri, keluarganya sendiri dan air dingin yang bisa menghilangkan dahaga musafir dalam perjalanan terik di tengah padang pasir. Inilah penjelasan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengenai doa Nabi Daud tersebut:

Rasulullah shollallahu ’alaihi wa sallam bersabda: “Di antara doa Nabi Daud ialah:

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu cintaMu dan cinta orang-orang yang mencintaiMu dan aku memohon kepadaMu perbuatan yang dapat mengantarku kepada cintaMu. Ya Allah, jadikanlah cintaMu lebih kucintai daripada diriku dan keluargaku serta air dingin.” Dan bila Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengingat Nabi Daud ’alihis-salaam beliau menggelarinya sebaik-baik manusia dalam beribadah kepada Allah.”

(HR Tirmidzi ; 3412)

Setidaknya terdapat empat hal penting di dalam doa ini;

- Pertama, Nabi Daud memohon cinta Allah. Beliau sangat faham bahwa di dunia ini tidak ada cinta yang lebih patut diutamakan dan diharapkan manusia selain daripada cinta yang berasal dari Allah . Apalah artinya seseorang hidup di dunia mendapat cinta manusia bahkan seluruh manusia bilamana Allah tidak mencintainya. Semua cinta yang datang dari segenap manusia itu menjadi sia - sia sebab tidak mendatangkan cinta Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sebaliknya, apalah yang perlu dikhawatirkan seseorang bila Allah mencintainya , walaupun seluruh manusia membencinya. Semua kebencian manusia tersebut tidak bermakna sedikitpun karena dirinya memperoleh cinta Allah Subhanahu wa ta'ala .

Sebab itulah Nabi Daud tidak menyebutkan dalam awal doanya harapan akan cinta manusia. Beliau mendahulukan cinta Allah di atas segala - galanya. Beliau sangat menyadari bahwa bila Allah telah mencntai dirinya, maka mudah saja bagi Allah untuk menanamkan cinta ke dalam hati manusia terhadapnya . Tetapi bila Allah sudah mebenci dirinya apalah gunanya cinta manusia terhadap dirinya. Sebab cinta manusia terhadap dirinya tidak bisa menjamin datangnya cinta Allah kepada dirinya .

Dari Nabi shollallahu ’alaihi wa sallam beliau bersabda: “Bila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah berseru kepada Jibril:
“Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah dia.” Jibrilpun mencintainya. Kemudian Jibril berseru kepada penghuni langit: ”Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka kalian cintailah dia.” Penghuni langitpun mencintainya. Kemudian ditanamkanlah cinta penghuni bumi kepadanya.”

(HR.Bukhari ; 5580)

- Kedua, Nabi Daud ’alaihis salaam memohon kepada Allah cinta orang-orang yang mencintai Allah. Sesudah mengharapkan cinta Allah lalu Nabi Daud memohon kepada Allah kasih sayang dari orang -orang yang mencintai Allah, sebab orang-orang tersebut tentunya adalah orang-orang beriman sejati yang sangat pantas diharapkan cintanya.
Hal ini sangat berkaitan dengan Al-Wala’ dan Al-Bara’ (loyalitas dan berlepas diri). Yang dimaksud dengan Al-Wala’ ialah memelihara loyalitas kepada Allah, RasulNya dan orang-orang beriman. Sedangkan yang dimaksud dengan Al-Bara’ ialah berlepas diri dari kaum kuffar dan munafiqin. Karena loyalitas mu’min hendaknya kepada Allah, rasulNya dan orang-orang beriman, maka Nabi Daud ’alihis salaam berdoa agar dirinya dipertemukan dan dipersatukan dengan kalangan sesama orang-orang beriman yang mencintai Allah. Dan ia sangat meyakini akan hal ini.

Sesungguhnya Rasulullah shollallahu ’alaihi wa sallam bersada:
“Ruh-ruh manusia diciptakan laksana prajurit berbaris, maka mana yang saling kenal di antara satu sama lain akan bersatu. Dan mana yang saling mengingkari di antara satu sama lain akan berpisah.”

(HR. muslim ; 4773)

- Ketiga, Nabi Daud memohon kepada Allah agar ditunjuki perbuatan - perbuatan yang dapat mendatangkan cinta Allah. Setelah memohon cinta Allah kemudian cinta para pecinta Allah, selanjutnya Nabi Daud memohon kepada Allah agar ditunjuki perbuatan dan amal kebaikan yang mendatangkan cinta Allah. Ia sangat khawatir bila melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan murka Allah. Beliau sangat khawatir bila berbuat dengan hanya mengandalkan perasaan bahwa Allah pasti mencintainya bila niat sudah baik padahal kualitas dan pelaksanaan ’amalnya bermasalah. Maka Nabi Daud sangat memperhatikan apa saja perkara yang bisa mendatangkan cinta Allah pada dirinya. Di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah mencintai Ash-Shobirin (orang-orang yang sabar). Siapakah yang dimaksud dengan Ash-Shobirin? Apa sifat dan perbuatan mereka sehingga menjadi dicintai Allah?

”Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”

(QS Ali Imran ayat 146)

- Keempat, Nabi Daud ’alaihis salaam memohon kepada Allah agar menjadikan cinta Allah sebagai hal yang lebih dia utamakan daripada dirinya sendiri, keluarganya dan air dingin. Kemudian pada bagian akhir doa ini Nabi Daud kembali menegaskan betapa beliau sangat peduli dan mengutamakan cinta Allah. Sehingga beliau sampai memohon kepada Allah agar cinta Allah yang ia dambakan itu jangan sampai kalah penting bagi dirinya daripada cinta dirinya terhadap dirinya sendiri, terhadap keluarganya sendiri dan terhadap air dingin.
Mengapa di dalam doanya Nabi Daud perlu mengkontraskan cinta Allah dengan cinta dirinya sendiri, keluarganya dan air dingin? Sebab kebanyakan orang bilamana harus memilih antara mengorbankan diri dan keluarga dengan mengorbankan prinsip hidup pada umumnya lebih rela mengorbankan prinsip hidupnya. Yang penting jangan sampai diri dan keluarga terkorbankan. Kenapa air dingin? Karena air dingin merupakan representasi kenikmatan dunia yang indah dan menggoda. Pada umumnya orang rela mengorbankan prinsip hidupnya asal jangan mengorbankan kelezatan duniawi yang telah dimilikinya.

Jadi bagian terakhir doa Nabi Daud ’alihis-salaam mengandung pesan pengorbanan. Ia rela mengorbankan segalanya, termasuk dirinya sendiri, keluarganya sendiri maupun kesenangan duniawinya asal jangan sampai ia mengorbankan cinta Allah. Ia amat mendambakan cinta Allah. Nabi Daud ’alaihis salaam sangat faham maksud Allah di dalam Al-Qur’an :

“Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”

(QS At-Taubah ayat 24)

Wallahu Alam ...

Ciri - Ciri Muslim Sejati ...

Segala puji bagi Allah Rabb alam semesta, shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi dan junjungan kita Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam , beserta segenap keluarga , sahabat serta para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman .

“Jadilah kalian orang-orang yang …

atsbatuhum mauqiifan .. yang paling kokoh atau tsabat sikapnya

arhabuhum shadran .. yang paling lapang dadanya

a’maquhum fikran .. yang paling dalam pemikirannya

ausa’uhum nazharan .. yang paling luas cara pandangnya

ansyatuhum ‘amalan .. yang paling rajin amal-amalnya

aslabuhum tanzhiman .. yang paling solid penataan organisasinya

aktsaruhum naf’an .. yang paling banyak manfaatnya


1. Atsbatuhum mauqiifan (tsabat sikapnya)

Tsabat adalah nafas rijalul haq sepanjang zaman. Ia adalah nafas Al Khalil Ibrahim as yang selalu sehat berenergi bahkan ketika menghadapi gunungan kayu yang akan melahapnya, Bilal yang tegar ditindih batu, Sumayyah martir syahidah muslimah, dan sahabat yang lain.

”Orang-orang yang tsabat harus bersabar atas anggapan bahwa perjuangan mereka dibayar, cita-cita mereka disetir, dan tujuan mereka dunia, sehingga semua tak ada yang tabu. Sogok, suap, kolusi, penyalahgunaan kekuasaan, fitnah, pemutarbalikan fitnah mereka halalkan, tak peduli bendera apapun yang mereka kibarkan : demokrasi, kekyaian ataupun HAM. .. Maka diperlukan ketsabatan untuk sampai pada saatnya masyarakat memahami kiprah da’i yang sesungguhnya, jauh dari prasangka mereka yang selama ini terbangun oleh kerusakan perilaku da’wah oleh sebagian kalangan.” (Untukmu Kader Dakwah, Rahmat Abdullah)

Tsabat artinya memiliki kekokohan sikap dan keteguhan prinsip, amanah, dan profesional dalam segala hal. Tidak menggadaikan prinsip dengan materi, tidak menukar keyakinan dengan jabatan. Bekerjalah dan berkaryalah dengan keyakinan sikap dan prinsip untuk membuktikan janji, meneguhkan komitmen untuk meraih taqwa.

Yakinlah dengan jaminan Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”” (QS Fushshilat 41:30)

2. Arhabuhum shadran (lapang dadanya)

Sikap paling menonjol dari Nabi saw adalah lapang dada, selalu ridha, optimis, berpikir positif, tidak mempersulit diri dan orang lain, memudahkan,menggembirakan, menebar kebaikan dan senyuman. Teladanilah Rasulullah, untuk mendidik diri agar lebih rahmat, penuh kelembutan dan berlimpah kasih sayangterhadap siapa saja. Itulah keshalihan sosial yang kekuatannya luar biasa.

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka..” (QS Al Imran 3:159)

3. A’maquhum fikran (dalam pemikirannya)

4. Ausa’uhum nazharan (luas cara pandangnya)

Point ke tiga dan ke empat ini digabungkan dalam satu frase: spesialis dan berwawasan global. Dengan spesialisasi, diharapkan fokus pada keahlian atau keterampilan tertentu, sehingga memiliki daya saing yang tinggi. Dan dengan berwawasan global, diharapkan tidak berpikiran sempit dan ‘terkotak-kotak’ pada bidang tertentu, sehingga melupakan kepaduan pemahaman terhadap ilmu dan pengembangan dunia kontemporer. Hal ini dicontohkan oleh pribadi para ilmuwan Islam masa lalu, seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al Biruni, dan lain-lain. Mereka adalah spesialis pada bidang-bidang tertentu, tetapi memiliki wawasan global terhadap perkembangan dunia di masanya.

”Belajarlah menggabungkan antara pengetahuan yang komprehensif, bersifat lintas disiplin dan generalis dengan penguasaan yang tuntas terhadap satu bidang ilmu sebagai spesialisasinya. Dengan begitu, sebagai seorang dai, Anda senantiasa berbicara dengan isi yang luas dan dalam, integral dan tajam, berbobot dan terasa penuh.” ( Anis Matta)

5. Ansyatuhum ‘amalan (rajin amal-amalnya)

“Sesungguhnya amal yang dicintai Allah adakah yang berkelanjutan, meski itu sedikit.”

Adalah bukan perkara mudah untuk istiqomah dalam amal ibadah, tapi mungkin dan bisa, asalkan kita membiasakan. At first we make habbit, at last habbit make you. Keseriusan, ketekunan dan kerja keras itulah yang mengantarkan seseorang pada derajat mulia, seperti ketekunan Bilal bin Rabbah yang menjaga dengan istiqomah kondisi suci dengan wudhu dan sholat 2 rakaat setelahnya yang berbuah surga.

6. Aslabuhum tanzhiman (solid penataan organisasinya)

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS Ash Shaff 61:4)

”Kita hidup dalam sebuah zaman yang oleh ahli-ahlinya dicirikan sebagai masyarakat jaringan, masyarakat organisasi. Semua aktivitas manusia dilakukan di dalam dan melalui organisasi; pemerintahan, politik, militer, bisnis, kegiatan sosial kemanusiaan, rumah tangga, hiburan, dan lain-lain. Itu merupakan kata kunci yang menjelaskan, mengapa masyarakat modern menjadi sangat efektif, efisien, dan produktif.

Masyarakat modern bekerja dengan kesadaran bahwa keterbatasan-keterbatasan yang ada pada setiap individu sesungguhnya dapat dihilangkan dengan mengisi keterbatasan mereka itu dengan kekuatan-kekuatan yang ada pada individu-individu yang lain.” ( Anis Matta)

Bagaimanapun, kata Imam Ali bin Abi Thalib r.a “Kebenaran yang tak terorganisir akan terkalahkan oleh kebatilan yang terorganisir”. Musuh-musuh kita mengelola dan mengorganisasi pekerjaan-pekerjaan mereka dengan rapi, sementara kita bekerja sendiri-sendiri, tanpa organisasi, dan kalau ada, biasanya tanpa manajemen. Seorang penumpang bis kalah ’sukses’ dengan ‘jamaah’ penjambret.

Copet-copet bisa ’sukses’ karena organisasinya solid, jibakunya luar biasa. Jaringan narkoba ’sukses’ karena ketaatan dan kedisiplinan menjaga ’amanah’ jaringan mereka. Maka bila mereka bisa bersatu dalam dosa dan kejahatan, apatah lagi yang berjuang di jalan Allah, harus lebih rapi dan solid lagi dalam penaatan organisasi.

7. Aktsaruhum naf’an (banyak manfaatnya)

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”(HR. Tirmidzi)

Raihlah bahagia dengan berkiprah, ringan membantu sesama dan senang membahagiakan orang. Jadilah pribadi andal layaknya bibit yang baik. Bibit yang baik, kata Imam Syahid Hasan Al-Banna dalam “Mudzakirat Da’wah wa Ad Da’iyah”, di manapun ia ditanam akan menumbuhkan pohon yang baik pula. Itulah sebaik-baik manusia, shalih linafsihi hingga naafi’un lighairihi.

”Perumpamaan mukmin itu seperti lebah. Ia hinggap di tempat yang baik dan memakan yang baik, tetapi tidak merusak.” (HR. Thabrany)

“Perumpamaan seorang mukmin adalah seperti sebatang pohon kurma. Apapun yang kamu ambil darinya akan memberikan manfaat kepadamu.” (HR. Ath-Thabrani)

Milikilah Allah dengan selalu dekat dengan-Nya. Milikilah Rasulullah dengan mantaati dan meneladaninya. Milikilah syafaat Al Qur’an dengan membaca(tilawah), merenungkan(tadabbur), menghafalkan(tahfidz), mengamalkan dan mendakwahkannya. Miliki dengan memberi.

Wallahu ‘alam bish showab
oleh ( Alm ) Ustaz Rahmat Abdullah